Ethical Dilemma

Tiba-tiba pikiran saya melayang  pada sebuah pertanyaan yang dilemparkan oleh seorang pembicara di sebuah diskusi terbuka yang diadakan oleh Pusat Studi Perdagangan Dunia dan Empowering Perspective on International Commerce (EPIC) Community, salah satu komunitas yang ada di kampus tempat saya menimba ilmu saat ini.

So be patient. (2).png

Kurang lebih pertanyaannya seperti ini : Misalnya saya seorang pengusaha produk X (kegiatan yang dilakukan adalah mengolah raw material hingga menjadi finish good sekaligus memasarkan produk) dengan modal sebesar $125/kodi (sebenarnya saya lupa berapa besar nominal persisnya).  Produk X asal Vietnam dengan kualitas yang sama ternyata mampu menawarkan harga sebesar S125/kodi (otomatis Vietnam mampu memproduksi dengan cost di bawah $125). Lantas apa yang harus saya lakukan? Apabila tetap memaksakan diri untuk tetap memproduksi produk X ini tanpa melakukan gebrakan apapun (doing business as usual kalau kata seorang dosen saya XD), maka tentu saya akan kalah saing. So, what should I do? Pembicara tadi menjawab pertanyaannya sendiri dengan kalimat : Saya akan memilih menjadi pedagang saja. Saya akan berhenti memproduksi karena Vietnam memiliki keunggulan komparatif. Saya beli produk X dari Vietnam, kemudian saya jual. Keringat yang dikeluarkan berkurang (tidak perlu susah payah mengolah), namun pendapatan tetap. Selesai.

Hm… lalu apakah praktiknya sesimpel itu? Nyatanya akan ada pertimbangan lain yang menjadikan hal ini lebih rumit. Mungkin perusahaan akan mendapat dana segar dari hasil penjualan peralatan produksi, namun untuk menemukan pembeli yang mau membayar harga sesuai ekspektasi tidaklah mudah bukan? Padahal maintenance harus terus dilakukan agar mesin tetap dalam kondisi baik.

Pertimbangan lain ketika kita berbicara tentang sumber daya manusia yang dipekerjakan di perusahaan. Oke mungkin bisa di serap di divisi lain, katakanlah marketing. Namun saya yakin tidak semua karyawan akan terserap. PHK merupakan salah satu contoh konkret yang banyak dilakukan perusahaan. Bagaimana kelangsungan hubungan kita dengan supplier yang memasok raw material selama ini? Belum ketika perusahaan juga harus menyiapkan pesangon dan menangani demonstasi dari serikat buruh yang akan melakukan upaya banding. Jika hanya menggunakan pertimbangan angka, sangat simpel memang kelihatannya. Dalam akuntansi manajerial ada bab khusus yang  mempelajari pengambilan keputusan taktis, salah satunya decision to make or buy yang murni hanya menggunakan hitungan finansial, namun ternyata perasaan juga berperan penting dalam pengambilan keputusan karena setiap usaha yang dilakukan tidak lepas dari campur tangan pihak lain. Karyawan bukanlah robot yang bisa dimatikan lantas diam, masing-masing dari mereka memiliki keinginan dan capaian-capaian yang dapat mereka lontarkan lewat tuntutan.

Idealnya pengusaha harus paham betul perihal menyinkronkan antara keinginan karyawan dengan ketercapaian misi-visi perusahaan. Dengan cara apa? Perusahaan berusaha mencari upaya penghematan dan efisiensi penggunaan bahan baku serta berusaha memotivasi karyawan agar dapat bekerja secara optimal. Sehingga proses produksi tetap dapat dilakukan dan penghematan cost dapat terlaksana. Hasil akhirnya penawaran produk asal Vietnam tidak menarik lagi. Tetapi kok  saya rasa hal ini hanya sebatas teori manusia atau hanya ada pada lembar jawaban ujian mahasiswa manajemen (mungkin termasuk saya wkwk) ya? Fakta di lapangan menunjukkan banyak perusahaan collapse karena tidak mampu bersaing, dan melakukan PHK besar-besaran demi efisiensi dan penghematan.

Hm… ternyata masuk akal juga yha pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sang pembicara tadi. Mungkin beliau berpikir kalau penyelesaian problema terkait SDM akan memerlukan pengorbanan lebih kecil dibanding harus susah payah memproduksi barang dengan risiko yang harus ditanggung. Tapi kalo ini benar-benar diterapkan, saya merasa ada sesuatu yang hilang. Tunggu… kok saya jadi ikut-ikutan dilema ya?

Posted on November 23, 2018 at 9:00 am by luthfi.nurlita.h · Permalink
In: Uncategorized

Leave a Reply