Why?

I wonder when my friends told me anything about you, about your life, your childhood, your hobbies, your favorite lessons, your passionate in, your capabilities, your attitudes in the class, and your love stories.

I like your personality, especially the way you face the world. I mean, how can you stand steady when the storm is blowing up ? Stay calm, yes. Blame the others with the condition, never yet.

I always feel enthusiasm with our conversation, even though only a small chat. Sometimes, i hope we can discuss about our hobbies, scary part of life, something that makes us smile and happy, life plan, like and dislike, write some poems together, see the sun rise on the peak of mountain, visit new places in the world, count the stars in the milky way until i get tired and sleep on your shoulder.

I never expect anything. One thing, i feel that life would be easier if i were with you.

Posted on November 25, 2018 at 10:32 pm by luthfi.nurlita.h · Permalink · Leave a comment
In: Uncategorized

Ethical Dilemma

Tiba-tiba pikiran saya melayang  pada sebuah pertanyaan yang dilemparkan oleh seorang pembicara di sebuah diskusi terbuka yang diadakan oleh Pusat Studi Perdagangan Dunia dan Empowering Perspective on International Commerce (EPIC) Community, salah satu komunitas yang ada di kampus tempat saya menimba ilmu saat ini.

So be patient. (2).png

Kurang lebih pertanyaannya seperti ini : Misalnya saya seorang pengusaha produk X (kegiatan yang dilakukan adalah mengolah raw material hingga menjadi finish good sekaligus memasarkan produk) dengan modal sebesar $125/kodi (sebenarnya saya lupa berapa besar nominal persisnya).  Produk X asal Vietnam dengan kualitas yang sama ternyata mampu menawarkan harga sebesar S125/kodi (otomatis Vietnam mampu memproduksi dengan cost di bawah $125). Lantas apa yang harus saya lakukan? Apabila tetap memaksakan diri untuk tetap memproduksi produk X ini tanpa melakukan gebrakan apapun (doing business as usual kalau kata seorang dosen saya XD), maka tentu saya akan kalah saing. So, what should I do? Pembicara tadi menjawab pertanyaannya sendiri dengan kalimat : Saya akan memilih menjadi pedagang saja. Saya akan berhenti memproduksi karena Vietnam memiliki keunggulan komparatif. Saya beli produk X dari Vietnam, kemudian saya jual. Keringat yang dikeluarkan berkurang (tidak perlu susah payah mengolah), namun pendapatan tetap. Selesai.

Hm… lalu apakah praktiknya sesimpel itu? Nyatanya akan ada pertimbangan lain yang menjadikan hal ini lebih rumit. Mungkin perusahaan akan mendapat dana segar dari hasil penjualan peralatan produksi, namun untuk menemukan pembeli yang mau membayar harga sesuai ekspektasi tidaklah mudah bukan? Padahal maintenance harus terus dilakukan agar mesin tetap dalam kondisi baik.

Pertimbangan lain ketika kita berbicara tentang sumber daya manusia yang dipekerjakan di perusahaan. Oke mungkin bisa di serap di divisi lain, katakanlah marketing. Namun saya yakin tidak semua karyawan akan terserap. PHK merupakan salah satu contoh konkret yang banyak dilakukan perusahaan. Bagaimana kelangsungan hubungan kita dengan supplier yang memasok raw material selama ini? Belum ketika perusahaan juga harus menyiapkan pesangon dan menangani demonstasi dari serikat buruh yang akan melakukan upaya banding. Jika hanya menggunakan pertimbangan angka, sangat simpel memang kelihatannya. Dalam akuntansi manajerial ada bab khusus yang  mempelajari pengambilan keputusan taktis, salah satunya decision to make or buy yang murni hanya menggunakan hitungan finansial, namun ternyata perasaan juga berperan penting dalam pengambilan keputusan karena setiap usaha yang dilakukan tidak lepas dari campur tangan pihak lain. Karyawan bukanlah robot yang bisa dimatikan lantas diam, masing-masing dari mereka memiliki keinginan dan capaian-capaian yang dapat mereka lontarkan lewat tuntutan.

Idealnya pengusaha harus paham betul perihal menyinkronkan antara keinginan karyawan dengan ketercapaian misi-visi perusahaan. Dengan cara apa? Perusahaan berusaha mencari upaya penghematan dan efisiensi penggunaan bahan baku serta berusaha memotivasi karyawan agar dapat bekerja secara optimal. Sehingga proses produksi tetap dapat dilakukan dan penghematan cost dapat terlaksana. Hasil akhirnya penawaran produk asal Vietnam tidak menarik lagi. Tetapi kok  saya rasa hal ini hanya sebatas teori manusia atau hanya ada pada lembar jawaban ujian mahasiswa manajemen (mungkin termasuk saya wkwk) ya? Fakta di lapangan menunjukkan banyak perusahaan collapse karena tidak mampu bersaing, dan melakukan PHK besar-besaran demi efisiensi dan penghematan.

Hm… ternyata masuk akal juga yha pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sang pembicara tadi. Mungkin beliau berpikir kalau penyelesaian problema terkait SDM akan memerlukan pengorbanan lebih kecil dibanding harus susah payah memproduksi barang dengan risiko yang harus ditanggung. Tapi kalo ini benar-benar diterapkan, saya merasa ada sesuatu yang hilang. Tunggu… kok saya jadi ikut-ikutan dilema ya?

Posted on November 23, 2018 at 9:00 am by luthfi.nurlita.h · Permalink · Leave a comment
In: Uncategorized

Mungkin Kamu Pernah Ada di Sebuah Titik

Image result for goresan tinta

Mungkin kamu pernah ada di sebuah titik di mana kamu merasa bahwa dirimu merupakan sosok yang tidak penting. Ada maupun tiadanya dirimu tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi kelangsungan hidup sebuah organisasi atau komunitas yang kamu ikuti.

Mungkin kamu pernah ada di sebuah titik di mana kamu merasa bahwa apa yang kamu lakukan tidak pernah benar di mata mereka. Selalu saja ada celah yang berusaha menjatuhkan atau memudarkan semangatmu dalam berkarya. Ketika kamu melakukan hal benar, tidak ada pujian. Giliran salah langsung di hujat habis-habisan.

Mungkin kamu pernah ada pada suatu titik di mana kamu merasa bahwa kamu selalu berusaha untuk memberikan kontribusi, namun ternyata itu tidak cukup. Kontribusimu terlalu kecil, berbeda dengan mereka yang mampu memberikan ide-ide brilian yang membuat banyak orang kagum dan selalu bersedia meluangkan waktu serta perhatiannya untuk mendengarkan ide-ide besar itu.

Untukmu.

Kamu, yang merasa tidak penting

Kamu, dengan pandangan remeh dari mereka

Kamu, dengan ide yang biasa-biasa saja

Kamu dengan kontribusi kecilmu yang tak pernah tampak dipermukaan

Ketika kamu merasa tidak penting, ingatlah orang-orang di sekitar yang benar-benar peduli denganmu. Ingat keluargamu, ingat ayah ibumu. Mereka mungkin satu-satunya orang di dunia ini yang benar-benar tulus menyayangimu tanpa pamrih. Kamu merupakan aset yang tak ternilai harganya. Tidak perlu kamu habiskan waktu untuk memikirkan sikap orang-orang yang menyapamu hanya karena ada perlu, atau mendekatimu ketika butuh. Cukup lakukan apa tugasmu, tak usah korbankan tenaga demi menyimpan rasa kecewa untuk mereka.

Pandangan remeh itu, jadikan saja motivasi untuk memperbaiki diri agar mereka menyesal kelak dikemudian hari karena meremehkanmu. Harusnya kelak kamu lebih baik dari mereka. Mengutip kalimat dari Jack Ma (Founder ALIBABA): “Ketika kamu miskin, belum sukses, semua kata-kata bijakmu terdengar seperti kentut. Tapi ketika kamu kaya dan sukses, kentutmu terdengar sangat bijak dan menginspirasi.”

Hanya bisa berkontribusi kecil? C’mon guys, tanpa kontribusi kecil itu ide-ide brilian serta konsep besar selamanya hanya akan menjadi sebuah konsep belaka. Tanpa karyawan sang eksekutor, tanpa low manager yang memastikan urusan teknis berjalan dengan baik, seorang CEO selamanya tidak mungkin dapat mencapai visi-misinya yang selangit itu.

Conclusion: You are special in your way. You are important for special people. Do what should you do, finish what you start.

Sumber Gambar : https://www.plukme.com/post/1533250493-goresan-tinta-terakhir

Posted on November 23, 2018 at 8:56 am by luthfi.nurlita.h · Permalink · Leave a comment
In: Uncategorized

Memahami Perbedaan

Image result for perbedaan

Selain psikologi, antropologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari, terutama bagi kalian yang memiliki ketertarikan tentang bagaimana cara memahami orang lain —yang berbeda dari kita. Berbeda dengan sosiologi yang melihat gejala sosial masyarakat pada umumnya, aspek yang dipelajari oleh seorang antropolog bersifat khusus, sehingga cenderung sulit untuk digeneralisasikan.

Coba kembali ke masa lalu ketika Indonesia dijajah Belanda. Strategi yang dilakukan Belanda untuk menakhlukkan Indonesia adalah politik adu domba. Melihat karakter masyarakat yang haus akan kekuasaan dan mudah “dikompori”, strategi ini sukses membuat Belanda menguasai wilayah nusantara.

Fenomena lebih spesifik dan menarik adalah ketika Belanda mengalami kepayahan untuk menakhlukkan daerah Aceh. Pemberontakan terus bergejolah di sana. Akhirnya Belanda memutuskan untuk mengirim Snouck Hurgronje —yang merupakan seorang antropolog, untuk mempelajari karakter rakyat Aceh.

Snouck yang memiliki bekal pengalaman menimba ilmu di Mekkah akhirnya mampu mempelajari karakter masyarakat Aceh yang juga kental dengan budaya keislamannya. Ia mampu mengambil hati para ulama —yang dihormati rakyat Aceh.

Apa strategi yang dilakukan oleh Snouck? Ya. Dalam antropologi, cara paling efektif untuk memahami seseorang/kelompok yang berbeda dengan kita adalah menjadi bagian dari seseorang/kelompok tersebut. Snouck berusaha menjadi bagian dari rakyat Aceh, bahkan ia berpura-pura telah memeluk agama Islam. Mempelajari budaya, karakter, tingkah laku, kelebihan hingga kelemahan mereka. Sukseslah Snouck mengobrak-abrik benteng pertahanan rakyat Aceh. Bagi Belanda, Snouck merupakan pahlawan. Bagi rakyar Aceh? Ia merupakan pengkhianat kelas kakap.

Nah, di atas merupakan contoh buruk penerapan ilmu pengetahuan —dari sudut pandang saya sebagai rakyat Indonesia tentunya. Tapi saya rasa tidak ada seorangpun yang sudi untuk dikhianati. Jadi, jangan sekali-kali gunakan strategi Snouck ya. Datang ke kehidupan orang, mempelajari kebiasaan hingga mendapat kepercayaan lalu pergi tanpa pamitan, bahkan menghancurkan hidup yang tadinya sudah tertata nyaman. Jangan lakukan itu. Serius jangan. Nanti saya dan kalian bisa-bisa dicap sebagai pengkhianat. :p

Sumber Gambar : https://waromuhammad.blogspot.com/2016/06/perbedaan-itu-rahmat.html

Posted on November 23, 2018 at 8:53 am by luthfi.nurlita.h · Permalink · Leave a comment
In: Uncategorized

Untuk Anak Perempuanku

Image result for ibu dan anak indonesia kartun

Anakku, izinkan ibu berpesan beberapa hal kepadamu. Mungkin pesan ini akan sedikit panjang. Kau bisa duduk atau sembari “nyambi” meneruskan pekerjaan yang sedang kau lakukan. Ibu tahu mahasiswa itu sibuk, dikejar deadline tugas, event, organisasi ke sana ke mari. Ibu tidak mau kalau tulisan ini mengganggu rutinitas yang sedang kau jalani saat ini. Ibu paham itu. Dulu ibu juga pernah mengalami masa-masa sepertimu. Masa mencari teman, jati diri dan pengalaman. Mumpung masih muda katanya.

Pesan Pertama

Anakku, dunia ini keras. Jangan berusaha menakhlukkannya, tetapi berusahalah berkawan dan beradaptasi dengannya. Agar mampu beradaptasi dengan dunia yang keras ini, kau harus menjadi perempuan yang kuat dan mandiri. Jangan bergantung kepada orang lain. Jangan terlalu percaya dan berharap kepada orang lain. Ketergantungan terhadap suatu hal akan menjadikanmu lemah, Nak. Bergantunglah hanya kepada Rabbmu. Ingatlah nasihat sayyidina Ali radiyallahu’anhu yang pernah berkata:

aku sudah pernah merasakan kepahitan hidup, dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia.” (Ali Bin Abi Thalib)

Pesan Kedua

Anakku, jadilah perempuan yang memiliki prinsip dan berpegang teguh kepada pendirian jika memang kau yakin itu benar. Berpegang teguh kepada prinsip akan membuatmu tidak mudah terombang-ambing oleh berbagai macam opini yang kau dengar dari sana sini. Tetapi jangan samakan hal ini dengan sifat keras kepala. Berusahalah terbuka atas segala masukan. Berpegang teguh kepada prinsip yang kau anggap benar bukan berarti mengabaikan saran atau pendapat dari orang lain, melainkan menyaring kemudian menjadi tugasmu untuk menyesuaikan berbagai masukan. Kau ingat kisah ibunda Khadijah radiyallahu’anha? Dalam kisah hidup Khadijah yang ditulis oleh Sibel Eraslan, tergambar jelas betapa Khadijah sangat memegang teguh pendiriannya untuk senantiasa berada di samping rasullulah SAW hingga akhir hayatnya, di saat orang lain bahkan tak sudi menatap wajah beliau Muhammad SAW .

Suatu hari, mata Rasullullah berkaca-kaca seraya bersabda kepada para sahabat yang ada di sekitarnya. “Allah tidak pernah memberikanku wanita yang lebih mulia daripada Khadijah. Di saat manusia tidak percaya, dia sendiri yang percaya. Ketika semua orang mendustakan diriku, dia sendiri yang menerimaku. Ketika manusia berlarian dariku, ia mendukungku, baik ketika ada maupun tiada… dan Allah mengaruniaiku putra-putri bukan dari yang lain, melainkan darinya.” (Kutipan Buku Sibel Eraslan : Khadijah)

Pesan Ketiga

Anakku, kau akan menemui berbagai karakter manusia. Ada yang tulus menyayangimu, ada pula yang bermuka dua. Ketika kau sedang dirundung masalah misalnya. Di antara puluhan bahkan ratusan teman yang kau miliki, hanya sedikit yang benar-benar peduli. Kebanyakan dari mereka sebatas hanya ingin tahu akan masalahmu saja. Tidak lebih. Ibu tidak mengajarimu untuk berprasangka buruk terhadap orang lain. Ibu hanya ingin kau lebih berhati-hati dalam memilih teman. Bahkan menurut kakek Adam Smith tidak ada yang namanya ketulusan di dunia ini. Segala yang dilakukan seseorang semata-mata hanyalah untuk kepentingan diri mereka sendiri. Dalam bukunya yang berjudul the wealth of nature ia berkata ” It is not out of the benevolence of the butcher, the bewer, or the baker, that we expect our dinner, but from their regard to their own interest”.
Tetapi, Nak. Pesan ibu khusus untukmu, apabila orang-orang sudah tidak percaya pada adanya ketulusan dan kebaikan, maka jadikan dirimu sebagai bukti bahwa masih ada orang tulus dan baik hati di dunia ini. Buktikan bahwa teori Adam Smith itu SALAH!

Sumber Gambar : https://kantormeme.blogspot.com/2018/03/gambar-kartun-muslimah-ibu-dan-anak.html

Posted on November 23, 2018 at 8:51 am by luthfi.nurlita.h · Permalink · Leave a comment
In: Uncategorized

Tentang Keikhlasan

So be patient. (3).png

Posted on November 23, 2018 at 8:48 am by luthfi.nurlita.h · Permalink · Leave a comment
In: Uncategorized